Pendatang di DKI Jakarta pada umumnya mempunyai pandangan bahwa di ibukota
negeri ini adalah mudah untuk mereka memperbaiki nasib dan mencari pekerjaan
demi kehidupan yang lebih baik. Namun pada kenyataannya, bahwa di DKI Jakarta
sangat sulit untuk mencari pekerjaan. Akibat dari hal ini maka
terjadi berbagai hal antara lain :
- Bertambahnya penduduk yang melebihi batas atau hidup menjadi berdesak-desakan.
- Lahan tempat tinggal menjadi sempit.
Karena banyaknya penduduk, maka lahan untuk tempat tinggalpun semakin
banyak dibutuhkan.
- Bangunan menjadi padat.
Karena semakin banyaknya lahan untuk tempat tinggal, maka otomatis
bangunan-bangunan di kota Jakarta pun semakin padat dan lahan penghijauan
semakin sedikit.
- Lahan-lahan dipinggir kali, direl kereta api, dibawah jembatan layang menjadi hunian dikarenakan lahan tempat tinggal yang semakin sempit.
- Bertambahnya pengangguran karena tidak tersedia lapangan pekerjaan.
- Timbul berbagai tindakan kriminalitas seperti perampokan, pencurian, dan tindak pidana lainnya.
- Timbul tawuran antar kelompok etis, bahkan antar warga sekalipun.
Di DKI Jakarta dapat digambarkan sebagai fenomena kehidupan masyarakat.
Hampir setiap saat terjadi berbagai perkelahian, tawuran, pembunuhan dan tindakan
negatif lain yang merupakan kenyataan hidup. Hal ini terjadi karena kehidupan
yang heterogen mempertahankan kehidupan kelompok, agama, etnis dan golongan,
dan akhirnya timbul perpecahan.
Tawuran disebabkan karena etnis satu dengan yang lainnya atau kelompok satu
dengan yang lainnya melupakan bahwa Tuhan telah menciptakan manusia untuk hidup
bersama tanpa membedakan. Hal itu terus terjadi karena :
- Kurang saling menyadari tentang kehidupan bermasyarakat
- Saling mempertahankan pendapat
- Saling mempertahankan kelompok dan golongan
- Saling mempertahankan kebenaran menurut pendapat dan keinginan.
Bacaan yang cukup menarik dan berwawasan (y) makasih atas tulisannya ;)
BalasHapus