Jumat, 29 November 2013

UU Akuntan Publik No 5 Tahun 2011 dalam Menghadapi IFRS (International Financial Reporting Standards)

Saat ini profesi Akuntan Publik mempunyai peranan yang besar dalam mendukung perekonomian nasional yang sehat dan efisien, serta meningkatkan transparasi dan mutu informasi dalam bidang keuangan. Secara nyata,  peran Akuntan Publik terutama dalam meningkatkan kualitas dan kredibilitas informasi keuangan atau laporan keuangan suatu entitas. Dalam hal ini Akuntan Publik mengemban kepercayaan masyarakat untuk memberikan opini atas laporan keuangan suatu entitas. Dengan demikian, tanggung jawab Akuntan Publik terletak pada opini atau pendapatnya atas laporan keuangan suatu entitas, sedangkan penyajian laporan atau informasi keuangan suatu entitas, sedangkan penyajian laporan atau informasi keuangannya merupakan tanggung jawab manajemen.

Profesi Akuntan Publik merupakan salah satu profesi yang turut mendukung dunia usaha. Bahkan dalam era globalisasi perdagangan barang dan jasa, akan terjadi peningkatan kebutuhan akan jasa Akuntan Publik terutama kebutuhan atas kualitas informasi keuangan yang digunakan sebagai salah satu pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Dengan demikian, Akuntan Publik dituntut untuk senantiasa meningkatkan kompetensi dan profesionalisme, sehingga dapat memenuhi kebutuhan pengguna jasa dan mengemban kepercayaan publik dengn baik. Meskipun demikian, masih dimungkinkan terjadinya kegagalan dalam pemberian jasa Akuntan Publik dimaksud.

Untuk melindungi kepentingan masyarakat dan juga Akuntan Publik itu sendiri dalam pemberian jasa, maka diperlukan adanya undang-undang yang mengatur profesi Akuntan Publik, Undang-Undang yang ada lebih dahulu yaitu Undang-Undang Nomor. 34 Tahun 1954 tentang Pemakaian Gelar Akuntan. Pengaturan mengenai profesi Akuntan Publik sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 34 Tahun 1954 dinilai sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan yang ada pada saat ini dan tidak mengatur hal-hal yang mendasar bagi profesi Akuntan Publik.

Selama 14 Bulan Pemerintah bersama-sama dengan dewan perwakilan rakyat telah berupaya merumuskan materi muatan Rancangan Undang-Undang tentang Akuntan Publik, sebagaimana telah ditetapkan menjadi Undang-Undang No. 5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik yang sudah ditandatangani oleh Presiden Republik Indonesia pada tanggal 3 Mei 2011. Keistimewaan dari Undang-Undang Akuntan Publik ini, yaitu mengatur mengenai “ Jasa Asuransi” yang merupakan hak ekslusif bagi Akuntan Publik, yaitu jasa Akuntan Publik yang bertujuan untuk memberikan keyakinan bagi pengguna atas hasil evaluasi atau pengukuran informasi keuangan dan non Keuangan berdasarkan suatu kriteria. Selain mengatur mengenai profesi Akuntan Publik, Undang-Undang ini juga mengatur mengenai Kantor Akuntan Publik ( KAP ) yang merupakan wadah bagi Akuntan Publik dan bentuk usaha KAP yang sesuai dengan profesi Akuntan publik, yaitu independensi dan tanggung jawab professional terhadap hasil pekerjaannya.

Menghadapi MEA ( Masyarakat Ekonomi Asean ) dan Pasar bebas AFTA pada tahun 2015 mendatang, para akuntan publik di indonesia secara tidak langsung harus mengikuti standar laporan keuangan IFRS. Apalagi Undang-Undang No.5 Tentang Akuntan Publik memang sudah nyata-nyata memberikan lampu hijau bagi akuntan asing untuk berkiprah di kancah nasional. Secara tidak langsung, kondisi seperti ini bisa membuat akuntan Indonesia kehilangan pangsa pasar karena perusahaan-perusahaan di Indonesia tentunya akan lebih memilih untuk merekrut akuntan asing yg sudah lebih dulu paham tentang standard IFRS.

International Accounting Standards, yang lebih dikenal sebagai International Financial Reporting Standards (IFRS), merupakan standar tunggal pelaporan akuntansi yang memberikan penekanan pada penilaian (revaluation) profesional dengan disclosures yang jelas dan transparan mengenai substansi ekonomis transaksi, penjelasan hingga mencapai kesimpulan tertentu. Standar ini muncul akibat tuntutan globalisasi yang mengharuskan para pelaku bisnis di suatu Negara ikut serta dalam bisnis lintas negara. Untuk itu diperlukan suatu standar internasional yang berlaku sama di semua Negara untuk memudahkan proses rekonsiliasi bisnis. Perbedaan utama standar internasional ini dengan standar yang berlaku di Indonesia terletak pada penerapan revaluation model, yaitu kemungkinkan penilaian aktiva menggunakan nilai wajar, sehingga laporan keuangan disajikan dengan basis ‘true and fair‘ (IFRS framework paragraph 46).

Indonesia yang tadinya berkiblat pada standar akuntansi keluaran FASB (Amerika), mau tidak mau harus beralih dan ikut serta menerapkan IFRS karena tuntutan bisnis global. Mengadopsi IFRS berarti menggunakan bahasa pelaporan keuangan global, yang akan membuat perusahaan bisa dimengerti oleh pasar dunia (global market). Firma akuntansi big four mengatakan bahwa banyak klien mereka yang telah mengadopsi IFRS mengalami kemajuan yang signifikan saat memasuki pasar modal global. Dengan kesiapan adopsi IFRS sebagai standar akuntansi global yang tunggal, perusahaan Indonesia akan siap dan mampu untuk bertransaksi, termasuk merger dan akuisisi lintasnegara.
Tekat Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) untuk mengadopsi International Financial Reporting Standard (IFRS) pada tahun 2012 merupakan tantangan yang besar bagi kalangan akuntansi Indonesia, baik bagi kalangan akademisi maupun praktisi akuntansi. Banyak hal dalam IFRS yang akan diadopsi berbeda dengan prinsip yang saat ini berlaku. Beberapa hal terbesar dari perbedaan itu antara lain :
1.      Penggunaan Fair-value Basis dalam penilaian aktiva, baik aktiva tetap, saham, obligasi dan lain-lain, sementara sampai dengan saat ini penggunaan harga perolehan masih menjadi basic mind akuntansi Indonesia. Sayangnya IFRS sendiri belum memiliki definisi dan petunjuk yang jelas dan seragam tentang pengukuran berdasarkan nilai wajar ini.
2.      Jenis laporan keuangan berdasarkan PSAK terdiri dari 4 elemen (Neraca, Rugi-Laba dan Perubahan Ekuitas, Cashflow, dan Catatan atas Laporan keuangan). Dalam draft usulan IFRS menjadi 6 elemen (Neraca, Rugi-Laba Komprehensif, Perubahan Ekuitas, Cashflow, Catatan atas Laporan keuangan, dan Neraca Komparatif). Penyajian Neraca dalam IFRS tidak lagi didasarkan pada susunan Aktiva, Kewajiban dan Ekuitas, tapi dengan urutan Aktiva dan Kewajiban usaha, Investasi, Pendanaan, Perpajakan dan Ekuitas. Laporan Cashflow tidak disajikan berdasarkan kegiatan Operasional, Investasi dan Pendanaan, melainkan berdasarkan Cashflow Usaha (Operasional dan investasi), Cashflow perpajakan dan Cashflow penghentian usaha.
3.      Perpajakan perusahaan, terutama terkait pajak atas koreksi laba-rugi atas penerapan IFRS maupun atas revaluasi aktiva berdasarkan fair-value basis.
Melihat kondisi di atas, tentunya jika adopsi IFRS hanya dipandang sebagai suatu bentuk perubahan laporan maka akan terlalu sempit  karena banyak hal dalam operasional perusahaan akan sangat terpengaruh, tidak hanya dalam penyajian Laporan Keuangan saja. Hal yang perlu dilakukan perubahan antara lain :
1.      Sistem teknologi informasi akuntansi akan berubah dengan format penyajian Laporan yang berubah, basis penilaian aktiva yang berubah menjadi Fair-value Basis yang tentunya akan mempengaruhi pula sistem lain yang terkait seperti penyusutan, laba-rugi, dan perpajakan.
2.      Basis penilaian aktiva tetap berdasarkan nilai wajar akan menimbulkan masalah yang besar, karena perusahaan harus menyediakan Apraisal untuk menilai aktiva tetap perusahaan secara periodik. Disamping itu, penerapan basis penilaian ini juga akan menunggu perubahan Peraturan Menteri Keuangan PMK No. 79/PMK.03/2008 yang menyatakan bahwa penilaian kembali aktiva tetap dapat dilakukan apabila DJP memberikan izin.
3.      Perpajakan perusahaan harus melakukan evaluasi konsekuensi yang mungkin timbul sebagai akibat penerapan IFRS.
4.      Sistem legal perusahaan harus melakukan evaluasi konsekuensi yang timbul atas penerapan IFRS.
5.      Kemungkinan evaluasi struktur organisasi perusahaan.
6.      Perlunya alokasi sumber daya yang besar dari perusahaan, mulai persiapan sumber daya manusia, keuangan, dan sistem perusahaan.


Referensi :       http://www.ristek.go.id/index.php/module/News+News/id/9055

Senin, 04 November 2013

REVIEW JURNAL ILMIAH AUDIT

Judul          : PENGARUH TINGKAT INDEPENDENSI, KOMPETENSI, OBYEKTIFITAS, DAN INTEGRITAS AUDITOR TERHADAP KUALITAS AUDIT YANG DIHASILKAN KANTOR AKUNTAN PUBLIK DI SURABAYA
Penulis            : Lie David Gunawan
Tahun             : 2012
Tempat           : Surabaya

Latar Belakang        
Perusahaan go public harus memberikan informasi berupa laporan keuangan yang sudah diaudit oleh jasa auditor independen, yang umumnya disebut akuntan publik untuk mengaudit laporan keuangan mereka. Pengauditan adalah suatu proses sistematis untuk mendapatkan dan mengevaluasi bukti yang berhubungan dengan asersi tentang tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian ekonomi secara objektif untuk menentukan tingkat kesesuaian antara asersi dengan
kriteria yang telah ditetapkan dan mengkomunikasikannya dengan pihak yang berkepentingan (Jusup, 2001:11).
Penelitian ini ingin menguji bahwa kompentensi, independensi, objektifitas dan integritas auditor dapat mempengaruhi kualitas audit yang dihasilkan auditor independen pada sektor publik. Standar Auditing Seksi 220.1 (SPAP 2001) menyebutkan bahwa independen bagi seorang akuntan public artinya tidak mudah dipengaruhi karena ia melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum. Independen berarti akuntan publik tidak mudah dipengaruhi, karena ia melaksanakan pekerjaan untuk kepentingan umum. Akuntan publik tidak dibenarkan memihak kepentingan siapapun. Selain itu kompetensi auditor juga diperlukan karena kompetensi merupakan kualifikasi yang dibutuhkan oleh auditor untuk melaksanakan audit dengan benar.
Pada dasarnya setiap individu yang melakukan pekerjaan akan mendapatkan kepercayaan dari pihak lain agar dapat mendukung kelancaran pekerjaan yang ia lakukan. Agar kepercayaan tersebut dapat terus terjaga, maka setiap individu berkewajiban untuk menjaga kepercayaan yang telah diberikan dengan berbuat dan bertingkah laku sesuai dengan aturan yang ada dan memperhatikan kepentingan masyarakat yang berhubungan dengan pekerjaannya. Objektivitas adalah suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang diberikan anggota.
Seorang auditor juga harus mempunyai integritas yang tinggi terhadap pekerjaannya. Intergritas adalah bebas dari benturan kepentingan dan tidak boleh membiarkan faktor salah saji material yang diketahuinya. Integritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik dan merupakan patokan bagi anggota dalam menguji semua keputusannya. Integritas mengharuskan seorang auditor untuk bersikap jujur dan transparan, berani, bijaksana dan bertanggung jawab dalam melaksanakan audit. Keempat unsur itu diperlukan untuk membangun kepercayaan dan memberikan dasar bagi pengambilan keputusan yang andal. Kualitas audit adalah gabungan probabilitas seorang auditor untuk dapat menemukan dan melaporkan penyelewengan yang terjadi dalam sistem akuntansi klien di mana audit ini diproksi berdasarkan reputasi dan banyaknya klien yang dimiliki KAP.

Data yang Digunakan
  • ·         Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel

Populasi penelitian adalah auditor independen yang bekerja pada KAP di Surabaya. Penelitian ini menggunakan metode convenience sampling, dengan mengumpulkan informasi dari populasi yang tersedia pada saat dilakukannya penelitian agar dapat memberikan informasi yang dibutuhkan tersebut. Alasan penggunaan metode ini adalah adanya keterbatasan jumlah auditor yang dapat ditemui untuk dijadikan responden sehingga kuesioner dititipkan pada masing-masing KAP untuk kemudian dibagikan kepada auditor independen yang bekerja sebagai karyawan di KAP tersebut.
  • ·         Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Penelitian mengambil lokasi di Surabaya karena kota ini berada dalam urutan kedua setelah Jakarta sebagai kota terpadat di Indonesia dan memiliki industri yang cukup berkembang yang membutuhkan jasa auditor independen. Dengan metode survei, peneliti menyelidiki dan menganalisis data-data yang diperoleh dari hasil kuesioner yang dibagikan. Kuesioner adalah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui. Pengumpulan data dilakukan dengan penyebaran kuesioner ke seluruh KAP di Surabaya untuk memperoleh data penelitian yang diperlukan. Kuesioner tersebut dititipkan terlebih dahulu di KAP untuk kemudian diisi oleh auditor independen yang sedang tidak menjalankan tugas di luar kantor. Kemudian dilakukan pengambilan kuesioner yang telah diisi ke setiap KAP di Surabaya.
  • ·         Alat Analisis

Alat analisis yang digunakan yaitu dengan menguji secara statistik melalui analisis regresi linear berganda.

Hasil Penelitian
Berdasarkan data yang diperoleh dari sumber yang kemudian diolah dan lakukan uji analisis regresi linear berganda, diperoleh output yang dapat diintepretasikan yaitu bahwa hipotesis pertama yaitu tingkat independensi auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit dapat diterima. Hal ini disebabkan karena pelaporan hasil audit bebas dari bahasa atau istilah-istilah yang menimbulkan multi tafsir
Hasil penelitian hipotesis kedua yaitu tingkat kompetensi auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit dapat diterima. Kompetensi berpengaruh terhadap kualitas audit karena mutu personal, pengetahuan umum, dan keahlian khusus yang dimiliki oleh auditor memang sangat berpengaruh terhadap kualitas audit yang dihasilkan oleh auditor di Surabaya. Pengaruh yang ditimbulkan keahlian terhadap kualitas audit adalah positif sehingga semakin tinggi tingkat keahlian yang dimiliki oleh auditor maka akan semakin tinggi pula kualitas audit yang dihasilkan oleh auditor di Surabaya.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, hipotesis ketiga yaitu tingkat obyektifitas berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit dapat diterima. Hal ini disebabkan karena obyektifitas dalam etika profesi auditor sangat mempengaruhi kualitas audit yang dihasilkan oleh auditor di Surabaya. Pengaruh yang ditimbulkan etika profesi terhadap kualitas audit adalah positif sehingga semakin tinggi tingkat etika profesi yang dimiliki oleh auditor maka akan semakin tinggi pula kualitas audit yang dihasilkan oleh auditor di Surabaya.
Pada hipotesis keempat yaitu tingkat etika profesi atau integritas berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit dapat diterima. Hal ini disebabkan karena auditor harus bekerja sesuai keadaan yang sebenarnya, tidak menambah maupun mengurangi fakta yang ada.

Kesimpulan dan Keterbatasan Penelitian
  • ·         Kesimpulan

1.      Variabel independensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit yang dihasilkan oleh auditor di Surabaya.
2.      Variabel kompetensi berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit yang dihasilkan oleh auditor di Surabaya.
3.      Variabel obyektifitas berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit yang dihasilkan oleh auditor di Surabaya. Jadi, semakin tinggi tingkat obyektifitas yang dimiliki oleh auditor maka akan semakin tinggi pula kualitas audit yang dihasilkan oleh auditor.
4.      Variabel integritas berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit yang dihasilkan oleh auditor di Surabaya.
  • ·         Keterbatasan Penelitian

1.      Hanya 35 kuesioner yang dapat digunakan sehingga diperkirakan tidak mewakili jumlah populasi penelitian ini.
2.      Peneliti tidak dapat mendampingi responden dalam pengisian kuesioner, karena teknik pengumpulan data dengan menitipkan kuesioner pada tiap-tiap KAP, dan diambil kembali ketika sudah terisi.
3.      Proses pengisian kuesioner yang dilakukan oleh responden merupakan salah satu hal di luar kendali peneliti.

Selasa, 23 Juli 2013

KEBIJAKAN DIVIDEN

A.   Pengertian Dividen
Menurut Warsono (2003: 271)Dividen merupakan bagian dari laba yang tersedia bagi pemegang saham biasa (earning available for common stockholders) yang dibagikan kepada para pemegang saham biasa dalam bentuk tunai.
Menurut Halim (2005 : 16) “Dividen adalah pembagian keuntungan yang diberikan emiten kepada pemegang sahamnya”.
Menurut Hanafi (2004:361) “Dividen merupakan kompensasi yang diterima oleh pemegang saham, disamping capital gain.
Dari pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa dividen adalah pembagian keuntungan kepada pemegang saham yang sebanding dengan jumlah lembar saham yang dimiliki. Apabila perusahaan penerbit mampu menghasilkan laba yang besar, maka terdapat kemungkinan dividen yang dibayarkan kepada para pemegang saham akan besar juga. Tidak ada yang membatasi penentuan besarnya dana yang dialokasikan untuk pembayaran dividen, namun hal ini tergantung pada keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yang menentukan apakah laba yang besar tersebut akan dialokasikan untuk pembayaran dividen atau sebagai saldo laba.

B.   Jenis-Jenis Dividen
Pembagian dividen umumnya didasarkan atas akumulasi laba yaitu saldo laba, atau atas beberapa pos modal seperti tambahan modal disetor. Harapan umum dari setiap pemegang saham yang menerima dividen adalah


bahwa perusahaan telah beroperasi secara optimal dan ia akan menerima bagian dari laba tersebut. Dividen memiliki beberapa jenis, antara lain :
a.)            Dividen Tunai
Dewan direksi melakukan pemungutan suara untuk mengumumkan dividen tunai (cash dividend), dan jika hasilnya disetujui maka dividen segera diumumkan. Sebelum dividen dibayarkan daftar pemegang saham terakhir harus disiapkan. Pengumuman dividen tunai merupakan kewajiban karena pembayaran dilakukan dengan segera, maka biasanya disebut sebagai kewajiban lancar.

b.)            Dividen Properti
Hutang dividen dalam bentuk aktiva perusahaan selain kas disebut sebagai dividen properti atau dividend in kind. Dividen properti dapat berupa barang dagang, real estate, investasi, atau bentuk lainnya yang dirancang oleh dewan direksi. Karena sulitnya melakukan pembagian atas unit dan pengiriman kepada pemegang saham, maka dividen properti biasanya dibayar dalam bentuk saham  perusahaan lain yang ditahan perusahaan pembayar dividen sebagai investasi.
Pada saat dividen properti diummkan, perusahaan harus menetapkan kembali nilai wajar properti yang dibagikan, dengan mengakui setiap keuntungan dan kerugian sebagai perbedaan antara nilai wajar dan nilai buku properti pada tanggal pengumuman. Dividen yang diumumkan kemudian dicatat sebagai debet ke laba ditahan atau dividen properti yang diumumkan dan kredit hutang dividen properti pada jumlah yang sama dengan jumlah wajar properti yang dibagikan. Pembagian dividen ini dilakukan dengan mendebet hutang dividen properti, dan akun yang berisi aktiva dibagikan (ditetapkan kembali pada nilai wajarnaya) di kredit.
c.)            Dividen Skrip
          Dividen skrip (scrip dividend) hutang dalam skrip, berarti bahwa perusahaan tidak membayar dividen sekarang tetapi memilih membayarnya pada suatu tanggal dimasa depan. Skrip yang diterbitkan kepada pemegang saham sebagai dividen hanya merupakan bentuk khusus dari wesel bayar.
          Ketika suatu dividen skrip diumumkan, perusahan mendebet laba ditahan atau dividen skrip yang diumumkan dan mengkredit hutang dividen skrip atau wesel bayar kepada pemegang saham, dengan melaporkan hutang itu sebagai kewajiban pada neraca. Setelah pembayaran, hutang dividen skrip didebet dan kas dikredit. Jika skrip itu mengandung bunga, maka bagian bunga dari pembayaran kas harus didebet ke beban bunga dan tidak diperlukan sebagai dividen.
d.)           Dividen Likuidasi
          Dividen yang tdak didasarkan pada laba ditahan kadang-kadang disebut sebagai dividen likuidasi (liquidation dividend), yang mengisyaratkan bahwa dividen ini merupakan pengembalian dari investasi pemegang saham dan bukan dari laba. Dengan kata lain setiap dividen yang tidak didasarkan pada laba merupakan pengurang modal disetor perusahaan dan merupakan dividen likuidasi.
Dalam beberapa kasus, manajemen secara sederhana dapat memutuskan untuk menghentikan bisnis dan mengumumkan dividen likuidasi. Dalam kasus ini, likuidasi dapat dilakukan selama beberapa tahun untuk menjamin penjualan aktiva secara wajar dan biasa. Setiap pembayaran dividen likuidasi dalam kasus seperti ini akan mengurangi modal disetor.
e.)            Dividen Saham
Jika manajemen ingin mengkapitalisasi sebagian dari laba (misalnya, reklasifikasi jumlah yang dihasilkan ke modal kontribusi), dan dengan demikian menahan laba dalam perusahaan atas dasar permanen, maka perusahaan dapat menerbitkan dividen saham. Dalam kasus ini, tidak ada aktiva yang dibagikan, dan setiap pemegang saham memiliki bagian kepemilikan yang sama atas perusahaan dan total nilai buku yang sama setelah dividen saham diterbitkan, sama seperti dividen itu diumumkan. Tentu saja, nilai buku per saham akan menjadi lebih rendah krena jumlah saham bertambah.

C.   Pengertian Kebijakan Dividen
Kebijakan dividen merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dengan keputusan pendanaan perusahaan. Beberapa ahli memberikan definisi tentang kebijakan dividen sebagai berikut :
Menurut Harjito (2005 :253) “Kebijakan dividen adalah keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan pada akhir tahun akan dibagi kepada pemegang saham dalam bentuk dividen atau akan ditahan untuk menambah modal guna pembiayaan investasi di masa yang akan datang”.
Menurut Sartono (2004 : 281) “Kebijakan dividen adalah keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi di masa yang akan datang”.
Menurut Tampubolon (2005 :191) “Kebijakan dividen adalah keputusan keuangan yaitu dengan mempertimbangkan apakah pembayaran dividen akan meningkatkan kemakmuran pemegang saham”.
Dari pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kebijakan dividen adalah keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen atau sebagai saldo laba untuk menambah modal guna pembiayaan investasi di masa yang akan datang. Berdasarkan keterangan tersebut, proksi yang digunakan untuk mengukur kebijakan dividen dalam penelitian ini dipresentasikan dalam bentuk rasio. Jenis rasio yang digunakan dalam peneliian ini adalah Dividend Payout Ratio (DPR).
Dividend Payout Ratio adalah rasio yang membandingkan antara dividen yang dibagikan dengan laba bersih yang didapatkan dan biasanya disajikan dalam bentuk presentase. Semakin tinggi Dividend Payout Ratio akan menguntungkan para investor, tetapi bagi pihak perusahaan hal tersebut akan memperlemah Internal Financial karena memperkecil laba ditahan. Tetapi sebaliknya jikaDividend Payout Ratio semakin kecil akan merugikan investor (para pemegang saham), tetapi Internal Financing perusahaan akan  semakin kuat.
Dividend Payout Ratio dapat diukur sebagai dividen yang dibayarkan dibagi dengan laba yang tersedia untuk pemegang saham umum. Perusahaan yang mempunyai risiko tinggi cenderung untuk membayar Dividend Payout Ratio  lebih kecil supaya tidak memotong dividen jika laba yang diperoleh turun.

D.   Teori Kebijakan Dividen
Menurut referensi investor (Brigham dan Houston, 2006)terdapat tiga teori dividen, yaitu :
1.              Dividend Irrelevance Theory
          Teori ini menyatakan bahwa kebijakan dividen tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan maupun biaya modalnya. Teori ini mengikuti pendapat Modigliani dan Miller (MM) yang menyatakan bahwa nilai suatu perusahaan tidak ditentukan oleh besar kecilnya Dividend Payout Ratio, tetapi oleh kemampuan dasarnya menghasilkan laba dan risiko bisnisnya. Jadi menurut teori ini dividen adalah tidak relevan untuk diperhitungkan karena tidak akan meningkatkan kesejahteraan pemegang saham. Kenaikan nilai perusahaan dalam teori ini dipengaruhi oleh kemampuan perusahaan untuk mendapatkan keuntungan atau earning power dari asset perusahaan.

2.              Bird in the Hand Theory
          Myron Gordon dan J. Litnerini mengemukakan bahwa para pemegang saham lebih suka apabila earning dibagikan dalam bentuk dividen daripada laba ditahan (retained earning). Mereka berpendapat bahawa dividen yang sudah ditangan (in the hand) lebih kecil risikonya dibanding dengan kemungkinan kenaikan nilai modal yang lebih jelas (in the bush), sehingga investor memerlukan total tingkat pengembalian (laba) yang lebih besar apabila laba tersebut sebagian besar terdiri dari kenaikan nilai modal dan hanya sebagian kecil yang terdiri dari dividen.

3.              Tax Differential Theory
          Teori ini dikemukakan oleh Lintsberg dan Ramaswarny yang menyatakan bahwa apabila dividen dikenai pajak dengan jumlah yang lebih tinggi daripada pajak capital gain, maka para investor menginginkan agar dividen tersebut dibagikan dalam jumlah kecil dengan maksud untuk meminimumkan nilai perusahaan.

E.   Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen, antara lain :
a.)           Pajak
          Investor sebagai pembayar pajak memiliki tujuan untuk memaksimalkan after tax return on investment relatif terhadap risikonya dengan cara menunda pembayaran pajak. Pajak atas pendapatan dividen dibayarkan ketika dividen diterima, sementara itu pembayaran pajak atas capital gain ditunda hingga saham dijual. Dengan demikian, effective tax rate atas pendapatan dari dividen lebih besar dibandingkan dengan pajak atas capital gain. Hal ini menyebabkan investor lebih menyukai retained earnig digunakan untuk investasi dn mengahsilkan NPV yang positif.

b.)           Floatation Costs
          Perusahaan yang sedang berkembang membutuhkan dana baru untuk diinvestasikan pada proyek-proyek yang menguntungkan. Sumber dana baru yang merupakan  modal sendiri (equity) dapat berupa penjualan saham baru dan retained earning. Manajemencenderung memanfaatkan retained earning karena penjualan saham baru menimbulkan floatation cost. 

c.)           Restriksi Legal
          Restriksi legal (hukum) tertentu membatasi jumlah dividen yang dapat dibayarkan oleh perusahaan. Restriksi legal dapat berupa perjanjian hutang dan pembatasan saham preferen.

d.)          Likuiditas Perusahaan
          Karena deviden biasanya dibayarkan dalam bentuk tunai, perusahaan harus memiliki kas yang cukup untuk dibayarkan sebagai dividen. Dengan demikian, posisi likuiditas perusahaan memiliki pengaruh langsung terhadap kemampuannya dalam membayar dividen.

e.)           Prediksi atas Laba
          Jika laba suatu perusahaan berfluktuasi yang signifikan pada laba di suatu periode, manajemen tidak lantas merespons dengan peningkatan dividen untuk mengantisipasi jika pada periode berikutnya perusahaan mengalami penurunan laba.

f.)            Resolusi atas Ketidakpastian
          Gordon (1961, dalam Ross, Westerfield, dan Jordan, 2008 : 600) menjelaskan bahwa high-devidend policy juga dapat menguntungkan pemegang saham karena dapat mengatasi ketidakpastian. Investor menilai suatu asset dengan mendiskontokan dividen di masa yang akan datang. Karena invesatsi tidak menyukai ketidakpastian, maka harga saham akan  relatif  rendah bagi perusahaan yang membayarkan dividen yang rendah.


Referensi :
Sartono, Agus. 2001. Manajemen Keuangan “Teori dan Aplikasi”. Yogyakarta: Penerbit BPFE-Yogyakarta.
Brigham, Eugene F, dan Joel F. Houston 2006. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan Buku II. Edisi Kesepuluh. Jakarta: Salemba Empat.


Minggu, 26 Mei 2013

TOEFL

TOEFL SKILL 1 s.d. SKILL 5
Skill 1: Pastikan kalimat itu mempunyai sebuah subjek dan kata kerja (Verb)
Sebuah kalimat dalam bahasa inggris harus mempunyai minimal sebuah subjek dan kata kerja (Verb). Hal yang paling sering muncul di tes TOEFL bagian structure/grammar yaitu masalah subjek dan kata kerja: Bisa saja dalam sebuah kalimat kata kerjanya dihilangkan atau mungkin subjeknya, atau mungkin juga ke duanya, atau justru mempunyai subjek dan kata kerja yang berlebih.
Contoh 1:
________ was backed up for miles on the freeway.
a) Yesterday
b) In the morning
c) Traffic
d) Cars
Dari contoh di atas, terdapat sebuah kata kerja (was), tapi tidak terdapat subjek. Maka jawaban yang paling tepat yaitu c) Traffic. Jawaban a), dan b) tidak termasuk dalam kategori subjek. Ingat!!! Kata keterangan waktu seperti yesterday, in the morning dll tidak boleh menjadi subjek. Sementara jawaban d) juga salah karena cars berbentuk jamak sehingga tidak sesuai dengan kata kerja was (tunggal).

Contoh 2:
Engineers _____ for work on the new space program.
a) necessary
b) are needed
c) hopefully
d) next month

Kalimat di atas sudah mempunyai subjek (enggineer), hanya saja tidak mempunyai kata kerja. Olehnya yang dibutuhkan untuk mengisi jawabannya yaitu sebuah kata kerja. Dari ke empat jawaban yang tersedia hanya satu yang berbentuk kata kerja yaitu jawaban b) are needed.  Jadi jelaslah bahwa jawabannya adalah b. Necessary (kata sifat), hopefully (kata keterangan/adverb), next month (kata keterangan/adverb). 

Skill 2: Perhatikan objek dari prepositions (kata depan)
Objek (apa yang datang setelah) preposition (kata depan) harus berbentuk kata benda ataupun pronoun (kata ganti). Contoh dari preposition yaitu in, at, of, to, by, on, behind, dan lain-lain. Silahkan lihat kamus untuk mengetahui bentuk preposition.
Contoh:
After his exams Tom will take a trip by boat.

Pada kalimat di atas terdapat dua preposition: after dan by. Kata exam (kata benda) merupakan objek dari preposition after, dan boat merupakan objek dari preposition by.

Objek dari preposition dapat membuat kebingungan di tes TOEFL bagian structure/grammar. INGAT! Objek dari preposition bukanlah subjek dari kalimat.

Contoh:
With his friends _____ found the movie theater.
a) has
b) he
c) later
d) when

Ingat pelajaran pada skill 1 hal yang pertama di perhatikan dalam hal soal structure TOEFL yaitu mencari subjek dan kata kerja (verb). Pada kalimat di atas terdapat kata kerja (found). Sementara subjek tidak terdapat. Olehnya yang kita perlukan dalam pilihan jawaban yaitu subjek. Kata friend dalam kalimat di atas bukanlah subjek dari kalimat karena friend adalah objek dari preposition with. Dari ke empat pilihan di atas hanya pilihan b) he yang bisa dijadikan sebagai subjek. Olehnya jawaban dari kalimat di atas yaitu b) he. Has (verb), later (adverb), dan when (conjunction). 

Contoh lain:
  • The interviews by radio broadcaster were carried live by the station.
  • At the neighborhood flower shop, flowers in quantities of a dozen or a half dozen can be delivered for free.
  • The progressive reading methods at this school are given credit for the improved test scores.
Kata yang di blok yaitu subjek dan kata kerja (verb). Yang di miringkan dan di garis bawahi merupakan preposition dan objeknya.

Skill 3: Perhatikan penggunaan dan posisi Appositive
Appositive dapat menjadi pengecoh dalam mengetahui subjek pada sebuah kalimat dalam tes TOEFL bagian structure. Appositive merupakan sebuah kata benda yang datang setelah kata benda lainnya yang mempunyai arti sama.
Contoh :
Sally, the best student in the class, got an A on the exam.

Pada contoh di atas Sally merupakan subjek dari kalimat dan the best student in the class dapat dikenali dengan mudah sebagai appositive karena terdapat koma yang memisahkan. The best student in the class itu merupakan Sally juga, jadi ke duanya sama saja.

Contoh 1 (yang dapat mengecoh dalam tes TOEFL)
_____, George, is attending the lecture.
a) Right now
b) Happily
c) Because of the time
d) My friend

Penggunaan koma di atas memberitahu kita bahwa George bukanlah merupakan subjek dari kalimat. George merupakan appositive. Olehnya jawaban yang kita butuhkan yaitu sebuah subjek untuk melengkapi kalimat di atas. Right now (adverb), happily (adverb), dan because of the time (adverb) tidaklah bisa menjadi subjek. Jadi jawaban yang paling tepat yaitu bagian d) My friend.

Contoh 2 
_____, Sarah rarely misses her basketball shots.
a) An excellent basketball player
b) An excellent basket player is
c) Sarah is an excellent basket player
d) Her excellent basket player

Pada kata Sarah tidak terdapat koma setelahnya. Ini menandakan bahwa Sarah merupakan subjek dari kalimat. Kalimat ini juga menjadi contoh bahwa posisi appositive tidak selalu terletak setelah subjek kalimat. Jadi yang kita butuhkan dalam kalimat diatas yaitu sebuah appositive yang sama dengan Sarah. Pada jawaban b) dan c) terdapat kata keja is sehingga bukanlah bentuk appositive. Pada jawaban d) merupakan bentuk appositive hanya saja play (permainan) bukanlah appositive untuk Sarah (player). Jadi jawaban yang benar yaitu a) An excellent basketball player.

Contoh soal:
  1. The son of the previous owner, the new owner is undertaking some fairly broad changes in management policy.
  2. Last semester, a friend, graduated cum laude from the university.
  3. Valentine's Day, February 14, is a special holiday for sweethearts.
  4. At long last, the chief executive officer, has dicided to step down.
  5. Tonight's supper, leftovers from last night, did not taste any better tonight than last night.
  6. The only entrance to the closet, the door was kept locked at all times.
  7. In the cold of winter, a wall heating unit, would not turn on.
  8. The new tile pattern, yellow flowers on a white background, really brightens up the room.
  9. The high-powered computer the most powerful machine of its type, was finally readied for use.
  10. A longtime friend and confident, the psycologist was often invited over for Sunday dinner.
            Ket:
Yang diblok merupakan subjek.
Yang diblok dan digaris bawahi merupakan verb (kata kerja).
Yang dimiringkan merupakan appositive.

·         Pada kalimat 1, 3, 5, 6, 8, dan 10 merupakan bentuk kalimat yang benar (sudah terdapat subjek dan verb) beserta penempatan appositive dari subjeknya telah benar.
·         Pada kalimat 2, 4, 7 tidak terdapat subjek  sehingga dibutuhkan subjek untuk membenarkan kalimat tersebut.
·         Sementara kalimat 9 terdapat subjek, verb, dan appositive. Hanya saja tidak terdapat koma setelah subjeknya (computer). 

Skill 4: Perhatikan penggunaan dan posisi Present Participle
Present participle yaitu Verb + ing: talking, playing, watching,dll. Bentuk present participle dapat menjadi pengecoh dalam soal tes Structure TOEFL. Present participle bisa saja menjadi adjective (kata sifat) yang umunya menjelaskan subjek layaknya Appositive atau menjadi bagian dari kata keja (verb) ketika di dahului oleh be (am, is, are, was, were).
  1. The man is talking to his friend.
  2. The man talking to his  friend has a beard.
Pada kalimat pertama bentuk present participle talking merupakan bagian dari kata kerja karena di dahului oleh be (is). Sementara no. 2 present participle talking merupakan sebuah adjective (menjelaskan mengenai laki-laki itu) dan bukan sebagai bagian dari kata kerja karena tidak di dahului oleh be seperti kalimat pertama. Kata kerja dari kalimat ke dua yaitu has (the man has a beard).
Contoh kalimat di bawah ini menggambarkan bagaimana present participle dapat menjadi pengecoh dalam test Structure TOEFL.
Contoh
The child _____ playing in the yard is my son.
a) now
b) is
c) he
d) was
Pada kalimat di atas kita bisa melihat bahwa kalimat tersebut sudah mempunyai subjek (the child) dan verb (is). Jadi kata present participle playing merupakan sebuah adjective sehingga tidak butuh be sebelumnya. Olehnya jawaban b) is dan d) was tidak dibutuhkan oleh kalimat di atas (jawaban salah). Kalimat di atas sudah sempurna karena sudah mempunyai subjek dan verb sehingga tidak butuh lagi kata kerja (is/was) atau subjek (he) sehingga c) he juga salah. Jadi jawaban paling tepat yaitu a) now (adverb).

Contoh soal:
  1. The companies offering the lowest prices will have the most customers.
  2. Those travelers are completing their trip on Delta should report to Gate Three.
  3. The artisans were demonstrating various handicrafts at booths throughout the fair.
  4. The fraternities are giving the wildest parties attract the most new pledges.
  5. The first team winning four games is awarded the championship.
  6. The speaker was trying to make his point was often interrupted vociferously.
  7. The fruits were rotting because of the moisture in the crates carrying them to market.
  8. Any students desiring official transcripts should complete the appropriate form.
  9. The advertisements were announcing the half-day sale received a lot of attention.
  10. The spices flavoring the meal were quite distinctive.
            Ket:
Yang diblok merupakan subjek.
Yang diblok dan digaris bawahi merupakan verb (kata kerja).
Yang dimiringkan merupakan (seharusnya) present participle.

·         Pada kalimat 1, 3, 5, 7, 8, dan 10 merupakan bentuk kalimat yang benar (sudah terdapat subjek dan verb) beserta penggunaan  present participle telah benar.
·         Pada kalimat 2, 4, 6, 9 merupkan bentuk kalimat salah karena mempunyai double verb. Seharusnya
  1. The companies offering the lowest prices will have the most customers.
  2. Those travelers are completing their trip on Delta should report to Gate Three.
  3. The artisans were demonstrating various handicrafts at booths throughout the fair.
  4. The fraternities are giving the wildest parties attract the most new pledges.
  5. The first team winning four games is awarded the championship.
  6. The speaker was trying to make his point was often interrupted vociferously.
  7. The fruits were rotting because of the moisture in the crates carrying them to market.
  8. Any students desiring official transcripts should complete the appropriate form.
  9. The advertisements were announcing the half-day sale received a lot of attention.
  10. The spices flavoring the meal were quite distinctive.
Skill 5: Perhatikan penggunaan dan posisi Past Participle
Past participle yaitu Verb III: purchased, written, taught,dll. Bentuk present participle dapat menjadi pengecoh dalam soal tes Structure TOEFL. Past participle bisa saja menjadi adjective (kata sifat) yang umunya menjelaskan subjek layaknya Appositive atau menjadi bagian dari kata keja (verb) ketika di dahului oleh be (am, is, are, was, were) dan have (have, has, had)
  • The family has purchased a television.
  • The poem was written by Paul.
Pada kalimat pertama bentuk past participle 'purchased' merupakan bagian dari kata kerja karena di dahului oleh have (has). Sementara no. 2 past participle 'written' juga merupakan bagian dari kata kerja karena di dahului oleh be (was).
  • The television purchased yesterday was expensive.
  • The poem written by Paul appeared in the magazine.
Kedua bentuk past participle di atas (purchased dan written) tidak diikuti oleh be atau pun have maka ke duanya merupakan bentuk adjective yang menjelaskan masing-masing subjek dari kalimat (television dan poem). 
Contoh kalimat di bawah ini menggambarkan bagaimana past participle dapat menjadi pengecoh dalam test Structure TOEFL
Contoh
The packages _____ mailed at the post office will arrive Monday.
a) have
b) were
c) them
d) just
Jika di lihat sekilas atau hanya awal kalimatnya saja bisa-bisa kita terkecoh dengan menganggap mailed  itu sebagai verb dari kalimat padahal kalau kita lihat kalimatnya selengkapnya maka kita lihat ada verb di sana yaitu will arrive. Jadi dapat kita ketahui bahwa mailed itu bukanlah bagian dari verb melainkan sebagai adjective. Olehnya jawaban a) havedan d) were tidak dibutuhkan oleh mailed -yang berfungsi sebagai adjective. Jawaban c) them (objek tidaklah dibutuhkan. Jadi jawaban paling tepat yaitu d) just (adverb).

Contoh soal:
  1. The money was offered by the client was not accepted.      
  2. The car listed in the advertisement had already stalled.      
  3. The chapters were taught by the professor this morning will be on next week’s exam.      
  4. The loaves of bread were baked in a brick oven at a low temperature for many hours.       
  5. The ports were reached by the sailors were under the control of a foreign nation.            
  6. Those suspected in the string of robberies were arrested by police.            
  7. The pizza is served in this restaurant is the tastiest in the country.   
  8. The courses are listed on the second page of the brochure have several prerequisites.        
  9. All the tenants were invited to the Independence Day barbecue at the apartment             complex.          
  10. Any bills paid by the first of the month will be credited to your account by the next day.
Ket:
Yang diblok merupakan subjek.
Yang diblok dan digaris bawahi merupakan verb (kata kerja).
Yang dimiringkan merupakan (seharusnya) past participle.

·         Pada kalimat 2, 4, 6, 9, dan 10 merupakan bentuk kalimat yang benar (sudah terdapat subjek dan verb) beserta penggunaan  past participle telah benar.
·         Pada kalimat 1, 3, 5, 7, 8 merupkan bentuk kalimat salah karena mempunyai double verb.
Seharusnya
  1. The money was offered by the client was not accepted.      
  2. The car listed in the advertisement had already stalled.      
  3. The chapters were taught by the professor this morning will be on next week’s exam.      
  4. The loaves of bread were baked in a brick oven at a low temperature for many hours.       
  5. The ports were reached by the sailors were under the control of a foreign nation.            
  6. Those suspected in the string of robberies were arrested by police.            
  7. The pizza is served in this restaurant is the tastiest in the country.   
  8. The courses are listed on the second page of the brochure have several prerequisites.        
  9. All the tenants were invited to the Independence Day barbecue at the apartment complex.          
  10. Any bills paid by the first of the month will be credited to your account by the next day.